
Jakarta, 13 Juni 2024 – Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina mengadakan kuliah umum dengan tema “Indonesia dan Geopolitik Global: Peluang dan Tantangan.” Kuliah ini disampaikan oleh L. Amrih Jinangkung, S.H., LL.M., yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kuliah umum ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan oleh Mandala Saksana Astagatra, Laboratorium Diplomasi Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina. Pada kesempatan kali ini, kuliah umum berlangsung di Ruang Auditorium, Gedung Griya Legita, Universitas Pertamina. Acara ini berhasil melibatkan peserta dalam diskusi kritis yang dipandu oleh Priesca Ayu sebagai MC dan Bapak Iqbal Ramadhan, M.I.POL. selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina sebagai Moderator. Adapun kuliah umum ini bertujuan untuk memberikan, wawasan, perspektif, serta eksplorasi yang komprehensif mengenai posisi strategis Indonesia dalam kerangka geopolitik global yang kompleks.
Kuliah Umum ini diawali dengan sambutan Wakil Dekan Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina, Dr. Indra Kusumawardhana, yang kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh Bapak L. Amrih Jinangkung, S.H., LL.M., Dalam penjelasannya, Bapak Amrih mendefinisikan geopolitik sebagai suatu hal yang mencakup isu atau keywords penting seperti spaces, places, power dynamic, particular goals, dan national interest. Beliau menggarisbawahi akan pentingnya bagi Indonesia untuk memahami strategi geopolitik dan menghadapi tantangan geopolitik demi mencapai kepentingan nasional, seperti yang telah diuraikan dalam rumusan konstitusi Indonesia. Berbicara mengenai geopolitik, maka area atau letak Indonesia merupakan posisi strategis yang menjadi panggung antara persaingan global. Hal ini karena, Indonesia dikelilingi oleh kekuatan-kekuatan besar seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, terutama di tengah dinamika persaingan antara Amerika Serikat dan Cina di Asia.
Selain itu, dalam konteks diskusi geopolitik global, tentunya tidak dapat terlepas dari isu Laut Cina Selatan. Bapak Amrih menyoroti ketegangan rivalitas antara Cina dan Amerika Serikat mengenai hak navigasi, yang berimplikasi pada posisi maritim strategis Indonesia. Tidak hanya itu, Bapak Amrih juga membahas mengenai implikasi dari AUKUS, dengan memusatkan perhatian pada potensi kapal selam Australia yang melewati perairan Indonesia dalam skenario keterlibatan konflik di Laut Cina Selatan atau Taiwan. Dengan demikian, posisi strategis Indonesia tentunya memiliki konsekuensi atau tantangan tersendiri, sehingga diskusi mengenai pembuatan blueprint terkait netralitas maritim Indonesia dalam situasi konflik di perairan Indonesia menjadi fokus yang masih berlangsung.
Di akhir sesi pemaparan, Bapak Amrih menekankan pentingnya peran ASEAN di arena global, khususnya bagi upaya Indonesia untuk mencapai kepentingan nasional, sebab di bawah kerangka ASEAN, Indonesia memegang peranan sentral dalam mewujudkan stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap dinamika politik internasional. Bapak Amrih menyatakan bahwa dengan adanya ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) menjadi sebuah landasan untuk mencapai tujuan-tujuan strategis ASEAN dalam menciptakan stabilitas, keamanan, dan ketertiban di kawasan, sambil mempertahankan posisi Indonesia sebagai pemimpin tradisional di ASEAN.
Sesi pemaparan kemudian ditutup dengan kesimpulan yang diberikan oleh Bapak Iqbal Ramadhan. Adapun antusiasme yang tinggi dari para peserta ditunjukkan atas banyaknya pertanyaan kritis yang muncul. Terakhir, kegiatan kuliah umum ini ditutup dengan penyerahan cenderamata kepada Bapak Amrih sebagai pemateri dan doorprize untuk para peserta yang aktif mengikuti sesi diskusi dalam serangkaian acara ini.
