
Universitas Pertamina menjadi tuan rumah dalam acara bergengsi, The 3rd Africa-Asia Youth Forum 2024, yang bertujuan untuk memperkuat pemberdayaan pemuda antara kedua benua, Afrika dan Asia. Acara yang berlangsung di program studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk His Excellency Dr. (H.C.) Al Busyra Basnur, S.H., LL.M., Duta Besar Republik Indonesia untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika. Selain itu, hadir juga Mr. Bambang Suharto, Pelaksana Tugas Direktur Urusan Afrika di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, serta beberapa tokoh lainnya, seperti Mr. Kemal Abdela, CEO dan Pendiri O-YES Global Foundation, Mr. Randa Sandhita, United Nations GSP Fellow, dan Mr. Steven Hong, seorang konsultan bisnis. Acara ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antar pemuda kedua benua dan menggali potensi kolaborasi di berbagai sektor.
Forum ini dimulai dengan sesi Plenary pertama yang bertemakan “Youth Economic Empowerment: Leadership, Innovation, and Sustainable Work”. Dalam sesi ini, para pembicara mengajak peserta untuk lebih memahami pentingnya kepemimpinan pemuda dalam mendorong inovasi dan menciptakan peluang kerja yang berkelanjutan. Dr. (H.C.) Al Busyra Basnur menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Afrika dan Asia melalui kolaborasi yang saling menguntungkan. Ia juga menyatakan bahwa hubungan yang kuat antar pemuda dari kedua benua ini dapat menjadi kunci untuk membangun ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Pada sesi kedua yang berjudul “Youth Entrepreneurship and Start-ups among Youth”, forum ini mengangkat topik kewirausahaan dan pengembangan startup di kalangan pemuda. Mr. Bambang Suharto, dalam presentasinya, menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan kewirausahaan, baik di Indonesia maupun di negara-negara Afrika. Para peserta diajak untuk memanfaatkan teknologi digital dan kreativitas sebagai alat untuk membangun usaha yang inovatif, yang tidak hanya dapat meningkatkan perekonomian lokal tetapi juga menghubungkan pasar internasional.
Selain plenary session, acara ini juga menghadirkan sesi diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD). Dalam FGD ini, peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi lebih mendalam tentang berbagai isu yang relevan bagi pemuda, seperti pendidikan, teknologi, dan tantangan yang dihadapi oleh pemuda di kedua benua tersebut. Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah bagaimana pemuda dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah di Afrika dan Asia untuk menciptakan peluang ekonomi yang lebih besar.
Salah satu highlight dari forum ini adalah kehadiran Mr. Kemal Abdela yang membagikan pengalaman tentang bagaimana organisasi O-YES Global Foundation membantu para pemuda di Afrika untuk memulai usaha mereka sendiri. Ia menjelaskan bagaimana pemuda dapat dilibatkan dalam pengembangan ekonomi yang berbasis pada kewirausahaan sosial dan teknologi. Mr. Randa Sandhita, yang merupakan Fellow dari United Nations GSP, juga menekankan pentingnya kolaborasi antar negara untuk mendukung inisiatif-inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan pemuda, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang efektif di masyarakat mereka.
Forum ini ditutup dengan kesepakatan bahwa pemberdayaan pemuda harus menjadi prioritas global, mengingat potensi besar yang dimiliki oleh generasi muda untuk menciptakan perubahan positif. Semua pihak yang terlibat sepakat untuk terus memperkuat hubungan antara pemuda Asia dan Afrika melalui kolaborasi yang lebih erat, serta memberikan ruang bagi mereka untuk saling belajar dan bertukar ide. Acara ini bukan hanya menjadi ajang untuk berdiskusi, tetapi juga untuk membangun jaringan yang dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang, baik bagi kedua benua maupun bagi dunia secara keseluruhan.