
Jum’at, 1 November 2024, Lini Masa ke-9 mengusung topik “Bargaining Indonesian Foreign Policy in Dealing with China-US Rivalry in Indo-Pasific”. Seminar ini merupakan salah satu agenda diskusi rutin yang dilaksanakan oleh Mandala Saksana Astagatra, Laboratorium Diplomasi Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina.Seminar ini dilaksankan secara offline dan terbuka untuk umum di Ruang Auditorium, Lantai 3 Gedung Griya Legita, Universitas Pertamina. Seminar yang dilaksanakan sejak pukul 01.30-03.30 WIB ini berlangsung dengan lancar dan sukses, terbukti dengan antusias peserta di bawah panduan MC, yaitu Dania Aprianti, serta moderator Malika Nurul Janah yang merupakan mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Pertamina. Seminar ini menghadirkan Dr. Gizem Bütün dari Adjunct Associate Professor, Department of International Relations, Padjadjaran University selaku narasumber. Agenda dimulai dengan pemberian sambutan oleh Silvia Dian Anggraeni, M.A. selaku Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Pertamina. Kemudian dilanjutkan sesi foto bersama dengan narasumber.
Pada sesi pemaparan materi oleh Dr. Gizem Bütün, terdapat beberapa poin utama yang disampaikan perihal posisi dan respon Indonesia melalui kebijakan luar negeri nya dalam menghadapi rivalitas Cina dan Amerika Serikat di Indo-Pasifik. Narasumber menyampaikan perihal konteks pentingnya maritim bagi Indonesia, yang dalam pemaparannya, narasumber mengatakan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai peran penting dan signifikan dalam rute maritim global, terkhusus di kawasan Indo-Pasifik. Letak Indonesia di sepanjang jalur laut utama dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, menjadikan posisi Indonesia strategis bagi perdagangan internasional dan pembangunan ekonomi.
Dalam sesi pemaparan berikutnya, narasumber juga menyampaikan perihal tantangan dan pendekatan kebijakan luar negeri Indonesia dalam merespon rivalitas yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik antara Cina dan Amerika Serikat. Mengenai tantangan utama yang dihadapi oleh Indonesia, tumpang tindih nya kepentingan antara Indonesia dan Cina telah menimbulkan ketegangan, terutama mengenai sengketa yang terjadi di Laut Cina Selatan, praktik penangkapan ikan ilegal, serta klaim atas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Kepulauan Natuna. Ketegangan tersebut juga yang menimbulkan tantangan bagi keamanan maritim Indonesia. Sehingga, pendekatan kebijakan luar negeri Indonesia tetap mempertahankan ciri bebas aktif guna menyeimbangkan kepentingan nasional dan tetap terlibat dalam rivalitas global. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah ditekankan perihal The Global Maritime Fulcrum (GMF) yang berfokus pada peningkatan infrastruktur, keamanan, dan diplomasi maritim.
Pada akhir sesi pemaparannya, Dr. Gizem Bütün menyampaikan kesimpulan akan pentingnya manajemen kebijakan luar negeri yang efektif bagi Indonesia untuk menavigasi kompleksitas yang diperkenalkan melalui China’s New Silk Road initiative.
