Simposium “G20 Indonesia and the Future of Energy Transition”

Jumat, 23 Desember 2022, Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Pertamina kembali mengadakan seminar dengan mengusung tema yang berjudul “G20 Indonesia and the Future of Energy Transition”. Kegiatan seminar ini dilaksanakan di Auditorium Universitas Pertamina dan dipandu oleh MC yaitu Priesca Ayu dan Fendi Irawan, selaku mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional dan moderator yaitu Ibu Novita Putri Rudiany M.A. selaku Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Pertamina. Kegiatan seminar ini dihadiri oleh Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Komunikasi dan Diplomasi, Universitas Pertamina yaitu Ibu Dr. Dewi Hanggraeni, S.E., M.B.A dan Dr. Indra Kusumawardhana, M.Hub.Int. Adapun tiga narasumber hebat yang turut hadir dalam kegiatan seminar ini yaitu Bapak H.E. Dr. Dian Triansyah Djani, S.E., M.A. selaku Duta Besar/Staf Khusus Kementerian Luar Negeri RI untuk Program-Program Prioritas, Bapak Dr. Oki Muraza, S.T., M.Sc. selaku Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero), dan Ibu Gracia Paramitha, Ph.D. selaku Pengamat G20 dan CSIS Analyst. Kegiatan ini juga turut dihadiri oleh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Pertamina, dan para tamu undangan lainnya.

Seminar ini diawal dengan sambutan dari Dekan Fakultas Komunikasi dan Diplomasi, Universitas Pertamina yaitu Ibu Dr. Dewi Hanggraeni, S.E., M.B.A. Lalu dilanjutkan dengan sesi pemaparan dari Bapak H.E. Dr. Dian Triansyah Djani, S.E., M.A., terkait 3 poin utama dari G20 yaitu “Global Health Architecture, Digital Transformation, dan Energy Transition”. Poin Global Health Architecture diangkat karena akibat dari Pandemi Covid-19 yang memerlukan tindakan-tindakan secara eksklusif. Poin yang kedua yaitu Digital Transformation yang juga menjadi isu penting karena dunia perlu menguasai digital industry. Lalu poin terakhir adalah Energy Transition yang menjadi topik perbincangan seminar pada hari ini. Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah energi yang dipersulit oleh adanya perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia yang menimbulkan dampak ke negara-negara G20 sebagai negara-negara konsumen energi terbesar sekaligus negara yang menyuplai energi. Dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina telah memicu krisis global seperti tekanan inflasi, kelangkaan energi dan tingginya harga berpotensi memicu keresahaan sosial. Sehingga, komunitas global harus memastikan bahwa krisis energi yang terjadi saat ini hanya bersifat sementara dan tidak akan melemahkan komitmen negara-negara terhadap transisi energi dan perubahan iklim.

Selanjutnya adalah pemaparan dari Ibu Gracia Paramitha, Ph.D. yang membahas terkait “Pemuda, Perempuan, dan Transisi Energi G20”. Awal mula dibentuknya G20 adalah untuk merespon krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Hingga pada tahun 2008 ketika terjadinya crisis global financial, disitulah timbul kompleksitas isu yang meranah ke keberadaan manusia, mulai dari isu gender, HAM, demokrasi, dll. Energi sendiri merupakan isu paling eksis yang mengalami cross-cutting yang tidak hanya membahas isu perubahan iklim, tetapi juga masuk ke dalam isu pendanaan dan isu-isu low-politic seperti perempuan, pemuda, dan HAM. Isu perempuan sendiri merupakan isu yang sering diangkat ketika Indonesia menjadi presidensi. Selain itu, Ibu Gracia juga menjelaskan skema kerjasama G20 yang memiliki 2 jalur yaitu jalur keuangan dan jalur sherpa. Pada jalur sherpa terdapat ETWG (Energy Transition Working Group) dan EDMCSWG (Environment Deputy Minister on Climate Sustainability Working Group) sedangkan, pada jalur keuangan terdapat SFWG (Sustainable Finance Working Group) yang membahas terkait pendanaan berkelanjutan. 3 kelompok kerja ini sangat berkaitan yang membahas dan menegosiasikan isu energi, perubahan iklim dan pendanaan. Dari 3 kelompok kerja tersebut, pendanaan merupakan isu penting yang bagaimana sekarang isu iklim disertai dengan isu pendanaan seperti investasi hijau, climate bond initiative dan lain-lain.

Pemaparan terakhir yaitu dari Bapak Dr. Oki Muraza, S.T., M.Sc. yang membahas terkait “Technologies for Energy Transition”. Di era yang penuh ketidakpastian masa depan, kita perlu mencoba untuk memetakan apa saja yang bisa kita lakukan dalam sektor energi untuk menyiapkan sebuah negara yang sektor energinya aman, harga yang terjangkau, dan juga ramah terhadap lingkungan. Ada beberapa poin yang dibahas oleh anggota G20 mulai dari energy security, energy efficiency, diversifying energy systems, dan lain-lain. Selain itu, Pak Oki juga memaparkan 3 prioritas di Bali Energy Transition Roadmap yaitu securing energy accessibility, clean energy technologies, dan clean energy finance and investments. Selain itu, Pak Oki juga menyebutkan target Pertamina untuk mencapai Net Zero di 2060 yang dimana terdapat dua strategi besar yang pertama adalah bagaimana cara menerapkan dekarbonisasi dan bagaimana membuat green business. Tiba di penghujung acara, Ibu Novita Putri Rudiany M.A. memberikan closing statement pada acara seminar yang pertama kali diadakan secara online yang mengusung tema “G20 Indonesia and the Future of Energy Transition” dan mengembalikan acara tersebut ke Fendi Irawan dan Priesca Ayu selaku MC pada seminar hari ini.

Categories: Events, News